Jakarta - Anak-anak pasti suka junk food atau gorengan. Konsumsi makanan berlemak tidka hanya berisiko obesitas tetapi juga memperngaruhi prilaku dan prestasi belajar anak. Hasil temuan penelitian di Amerika ini penting sebagai acuan penyusunan menu anak.
Peneliti dari University of Illinois Amerika Serikat membagi dua kelompok tikus remaja. Satu diberikan makanan tinggi kandungan lemak (60 persen kalori dari lemak), dan lainnya diberikan diet rendah lemak (10 persen kalori dari lemak).
Setelah diteliti, perilaku kelompok tikus pertama dan kedua sangat berbeda. Kelompok yang banyak mengonsumsi makanan berlemak menunjukkan perilaku cemas bahkan sebelum tubuh mereka menunjukkan kenaikan berat badan.
Penelitian yang diterbitkan di jurnal Psychoneuroendocrinology ini mengaitkan konsumsi lemak yang terlalu banyak dapat mengubah cara tubuh menggerakkan dopamine. Kandungan kimia ini punya peran utama untuk mengatur mood.
< p>âKami menemukan bahwa diet tinggi lemak mempengaruhi metabolisme dopamine dalam otak tikus remaja secara cepat. Hal ini memicu perilaku cemas dan kurang kemampuan belajar,â kata Gregory Freund, professor dari Division of Nutritional Sciences kepada Daily Mail (27/02/2013).âPerubahan sinyal dopamine dalam otak sangat umum ditemukan pada orang dengan ADHD dan obesitas, Peningkatan jumlah dopamine berhubungan dengan perilaku kecemasan pada anak,â tambah Gregory.
Bukti perilaku kecemasan pada tikus ditunjukkan lewat peningkatan aktivitas menggali, berlari di roda berputar, dan tidak mau mengeksplorasi ruang terbuka. Mereka juga mengalami penurunan kemampuan memori dan belajar saat diuji mencari jalur yang benar dalam sebuah labirin dan pengenalan obyek.
Setelah menukar pola diet tinggi lemak dengan diet rendah lemak, memori para tikus bisa pulih dalam satu minggu. Bagaimanapun efek penurunan memori dan kemampuan belajar akan bertaha n lebih lama pada anak-anak.
âWalaupun para tikus mengembangkan perubahan perilaku dan ketidakmampuan belajar, studi menyatakan bahwa diet kaya lemak bisa memicu kecemasan dan gangguan memori pada anak yang secara genetik atau lingkungan rentan terhadap gangguan tersebut,â tutur Gregory.
(odi/dyh)
food.detik
No comments:
Post a Comment